Media center banner

Peringati Hari Air Sedunia, USAID dan Coca‑Cola Foundation Indonesia Perluas Akses Air Minum untuk Warga

06-05-2019

Peringati Hari Air article image

Miliaran orang masih hidup tanpa akses air minum yang aman. Berbagai masalah terus dihadapi penduduk dunia, terutama masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam mengakses air minum yang aman dan berkelanjutan.

Penyebaran penyakit, minimnya akses ke sumber air, sumber air sulit dijangkau, hingga besarnya pendapatan MBR yang habis untuk air, merupakan tantangan yang harus dihadapi untuk memastikan air bersih yang aman dan berkelanjutan dapat dikonsumsi semua orang.

Indonesia, Amerika Serikat, dan Coca‑Cola bersama-sama meresmikan program master meter untuk air minum komunal di Bubutan, Surabaya. Sekitar 6.000 warga MBR dan 1.200 sambungan rumah akan tersedia melalui program ini.

Program ini merupakan bentuk perayaan Hari Air Sedunia 2019 yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) nomor 6: Air untuk semua pada 2030.

“Kita semua mengetahui bahwa air bersih penting untuk kesehatan dan kehidupan sehari-hari,” ujar Direktur USAID Indonesia, Erin E. McKee. 

“2019 menandai 70 tahun hubungan AS dan Indonesia, dan kami bangga bahwa kami telah bermitra dengan Pemerintah Indonesia, dan meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi hampir lima juta penduduk Indonesia. Kami ingin melanjutkan kerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk mencapai TPB di bidang air minum, sanitasi dan perilaku higiene pada tahun 2030 dan memastikan akses setara bagi kelompok miskin dan terpinggirkan,” tambah McKee.

Selain Direktur Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), Erin E. McKee, program ini turut diresmikan oleh Direktur Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman Bappenas, Tri Dewi Virgiyanti; Konsul Jenderal AS di Surabaya, Mark McGovern; Direktur Pelayanan PDAM Surabaya, Anizar Firmadi; dan Ketua Pelaksana Coca‑Cola Foundation Indonesia (CCFI); Titie Sadarini. Acara peresmian bertempat di Bubutan, Surabaya.

Program master meter ini diharapkan menjadi solusi alternatif untuk MBR perkotaan di permukiman informal yang sulit mendapat sambungan reguler dari PDAM. Rencananya, PDAM akan menyediakan infrastruktur layanan hingga ke master meter sehingga warga yang memperoleh manfaat program ini dapat mengelola distribusi air, operasional, dan pemeliharaannya.

“Pemerintah Kota Surabaya berkomitmen untuk menyediakan akses yang terjangkau bagi semua, termasuk MBR. Tingkat akses air minum di Surabaya saat ini sudah mencapai 98 persen, sebagian besar sisanya berada di area yang sulit. Program Master Meter merupakan salah satu terobosan untuk mencapai akses 100 persen," kata Direktur Pelayanan PDAM, Anizar Firmadi.

“Kami menghargai kemitraan dengan Amerika Serikat untuk penanganan layanan esensial, seperti air minum, yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kami mengapresiasi program ini di Surabaya, di mana Pemerintah-Donor-Swasta berkolaborasi untuk memberikan layanan air minum bagi MBR melalui program Master Mater. Kami berharap inisiatif ini dapat direplikasi di kota lain di Indonesia sehingga dapat mempercepat pencapaian akses universal," ujar Direktur Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman Bappenas, Tri Dewi Virgiyanti.

Program kemitraan berkelanjutan ini diharapkan dapat membangun 30 sistem master meter di Surabaya dengan 6.000 warga yang akan terlayani. CCFI sendiri akan mendukung 20 master meter dari total yang direncanakan.

“Komitmen kami adalah membangun negeri bersama, dan hal ini juga sesuai dengan tujuan kami pada tahun 2020, yaitu mengembalikan air yang kami gunakan untuk produksi minuman kami dengan aman kepada masyarakat dan alam. Sebagai bagian dari program keberlanjutan, melalui kemitraan dengan USAID IUWASH PLUS Coca‑Cola turut mendukung pembangunan sistem master meter yang akan meningkatkan akses air minum bagi masyarakat di wilayah ini dan sekitarnya. Sekitar 880 rumah tangga akan mendapat dampak dari program ini,” ujar Ketua Pelaksana CCFI, Titie Sadarini.

Pembangunan dalam program ini ditargetkan selesai pada Agustus 2019. Sampai Maret 2019, sekitar 1.600 penduduk setempat sudah merasakan dampak positif program ini.